Bapakku di Mimpi Terakhir part 1 by Juliah Utami

juliah utami-cerpen bapak

Rintik-rintik air mulai turun dibalik senja, sejenak langit biru mulai beranjak pergi dan digantikan oleh sang malam. Adzan pun berkumandang, memanggil para umat muslim untuk menunaikan kewajibannya, salat magrib. Akupun bergegas kekamar mandi untuk mengabil wudhu. Tetesan air yang begitu jernih. Teringat masa ku dahulu yang sulit, mengandalkan sumur berair kuning dan berbau busuk untuk dipakai mandi. Airnyapun harus di saring dua kali, setidaknya tidak sebutek dari saat pertama diambil, tapi tidak berefek pada baunya. Minggu depan akan datang hari dimana umat muslim merayakan hari yang besar. Dimana setiap orang merayakannya dengan sukacita. hari raya Idul Fitri

Tugasku masih menumpuk, buku-buku berhamburan tak karuan diatas tempat tidur. Bahan aku lebih sering tertidur pulas  di meja belajar karena ketiduran saat membuat tugas. Baru satu semester aku menjadi anak kos, anak yang biasanya dimanja dan selalu terurus oleh ibu kini berupaya untuk menjadi seorang yang mandiri dan pandai. Walaupun aku masih tidak dapat membereskan ruangan, dulu ibu selalu memberiku perrtolongan dalam membersihkan dan menghindara

Saat ini aku teringat minggu-minggu terakhir menjelang Idul Fitri, saat dimana orang terlalu sibuk untuk memasak dan membuat ketupat, memanggang kue kering dan memasak rendang.  Sayangnya ini tidak terjadi dirumahku, bapak tidak mempunyai uang yang cukup. Gajinya sebagai kuli panggul di stasiun kereta api  tidak cukup untuk membeli barang seperti itu, aku terkadang malu bila diejek teman-teman kalau aku tidak berganti baju disetiap lebaran. Mendapatkan baju lebaran saja sudah sangat beruntung. Hari itu, dua hari sebelum lebaran ibu membelikanku baju baru. Baju koko berwarna biru dengan bordiran benang-benang emas menghiasi bagian depan baju itu, betapa senangnya hatiku, tahun lalu orangtua ku belum membelikan baju lebaran. Aku dapat membayangkan diriku memakai baju koko yang amat keren ini.

Sehari sebelum lebaran, kampung kami mengalami mati lampu. Padahal listrik sangat berharga bagi setiap orang. Baru saja ibu ingin menggosok baju koko ku. Ia pun emngurungkan niatnya dan hanya melipatnya diatas ranjang. Malam  takbiran pun datang, tak lama kemudian aku mendapatkan baju kokoku, terdapat lobang yang cukup banyak dengan sebagian baju yang hangus. Aku sangat. Bapak,  sebagai orang yang mungkin tidak sengaja melakukannya . puntung berkas rokok yang sipakainya membuatnya sebagai tersangka. Aku sangat kesal pada bapak, untuk sementara ini aku tak ingin dia memanggilku.

Antara ingin menagis dan kesal setengah mati. Baju lebaran yang diidam-idamkan telah bolong hangus terkena punting rokok. Siapa lagi yang menggunakan rokok dirumah selain bapak? Aku semakin menjaga jarak dengan bapak saat ini, aku belum dapat menerima sesuatu yang menjadi alas an bapak. Yang ku bisa adalah hanya membuat benteng yang tak terlihat bagi mata kita. Dari awal memang tidak terlalu dekat, aku sangat tertutup padanya.

Tinggalkan komentar