Rumah Penyesalan part 2 by Juliah Utami

juliah utamiBerminggu minggu telah dilalui pak Leman, istirahat dirumah kontrakannya tanpa harus bekerja memang membuat otot-ototnya yang selalu bekerja menjadi rileks. Ia sangat menikmati kehidupan yang telah ia dapatkan. Sebenarnya ia sedikit merasa kesepian karena harus melakukan semuanya sendiri.

Matahari baru saja menampakkan diri ketika semua warga disuruh untuk berkumpul di alun-alun kota. Ada kabar buruk yang akan diumumkan oleh pihak kerajaan, semua orang terlihat sangat penasaran dan suasana menjadi semakin gaduh. Orang-orang tiba-tiba menjadi tenang ketika ada seorang laki-laki berambut klimis dari kerajaan membawakan gulungan kertas berwarna emas, ia membacakan pengumuman bahwa sang Raja yang memimpin kerajaan ini telah wafat. Suasana hening tidak dapat lagi terbendung dengan kabar yang begitu menyedihkan ini, tidak hanya di keluarga tapi juga warga yang ikut sedih karena mereka sangat merasakan kebaikan dan kedermawanan sang Raja.

“Permisi, ada pak Leman?” kata seseorang dibalik pintu rumah kontrakan pak Leman. Suara itu terdengar berulang-ulang hingga membangunkan pak Leman yan g sedang tidur nyenyak. “siapa sih itu? Mengganggu orang tidur saja!” bentak pak Leman dalam hati, padahal ia sangat menikmati tidur siangnya itu. Ia lalu membukakan pintu dan mempersilahkan tamu yang menganggu tidurnya itu masuk. “Permisi pak, kami minta agar bapak pergi ke istana atas perintah sang putri” kata laki laki itu. “baiklah, aku akan pergi kesana besok pagi” kata pak Leman. “Maaf pak, tapi putri meminta bapak untuk pergi sekarang juga memenuhi panggilannya” kata pria itu, ternyata ia adalah sekertris kerajaan. “Baiklah-baiklah, aku akan pergi sekarang” kata pak Leman dengan nada yang tidak terlalu senang.

Mereka pun sampai di Istana, disana pak Leman datang menemui sang Putri yang sudah menunggunya. Sang Putri tampak sangat senang, ia langsung menyambut pak Leman dan mempersilahkannya duduk. “Pak Leman, maaf telah memintamu datang kesini terlalu mendadak, tapi ini memang sangat penting” kata sang Putri. “Saya juga merasa senang jika bisa membantu” kata pak Leman. “di surat terakhir yang ditinggalkan ayahanda, salah satunya adalah permintaan untuk pak Leman agar membuatkannya sebuah rumah sebagai permintaan terakhirnya, beliau juga telah membuatkan desainnya. “Aku harap pak Leman dapat memenuhinya” pinta sang putri kepada pak Leman. “baiklah jika itu yang sang Raja minta” ujar pak Leman.

Dilihatnya lah desain rumah yang telah Raja buat. Rumahnya sangat besar dan rumit, sebenarnya pak Leman tidak terlalu senang dengan permintaan Raja, “aku ini sudah tua, kenapa tidak minta tolong tukang kayu lainnya saja?” kata pak Leman dalam hati. Ia merasa keberatan karena desain rumah yang terlalu rumit dan besar, “ini akan memakan waktu yang sangat lama, aku hanya membuang waktuku saja kalau membuat persis seperti desainnya, akan kubuat mereka kapok untuk menyuruhku lagi” kata pak Leman lagi dalam hati. Lalu, pak Leman membuat rumah itu dengan setengah ukurannya, sehingga ia bisa membuatnya lebih cepat. Ia juga tidak menggunakan kayu jati melainkan kayu biasa, ini ia lakukan karena agar ia tidak susah-susah menebang kayu jati yang pohonnya sangat besar itu. Kayu yang ia gunakan adalah kayu berkualitas rendah sehingga permukaannya sangat kasar dan rapuh. Pak Leman tidak mengerjakannya secara detil. Sehingga pekerjaan yang ia kerjakan dua kali lebih cepat.

”Aku tidak menyangka pak Leman dapat membuat rumah ini dalam waktu yang sangat singkat, tapi bagaimanapun saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya”. “ya, sama-sama. Apakah saya boleh pulang sekarang?” tanya pak Leman tidak sabar. “pak Leman mau pulang kemana?” tanya putri “ya kerumah saya” jawab pak Leman agak heran. “saya tahu itu bukan rumah bapak tapi rumah kontrakan. Alasan bapak meminta anda membuatkan rumah karena rumah ini adalah rumah pemberiannya kepada pak Leman sebagai tanda terimakasihnya, jadi silahkan bapak mengemasi barang dan segera pindah kerumah baru bapak ini” jawab sang Putri kepada pak Leman. Pak Leman terduduk lemas, apa yang ia pikirkan ternyata salah, ia yang tidak melakukan pekerjaannya secara jujur merugikannya  sendiri. Ia telah berprasangka buruk kepada Raja. Ia lalu menangis tersedu menyesali perbuatannya tersebut.

Tinggalkan komentar